Revisi EYD ke V 2022
Revisi EYD ke V 2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
Jalan Daksinapati
Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur Telepon (021) 4706287; Laman badanbahasa.kemdikbud.go.id
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIANOMOR 0424/I/BS.00.01/2022 TENTANG
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat
(1) Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
18 Tahun 2021 tentang Pembakuan
dan Kodifikasi Kaidah
Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berwenang melakukan
pembakuan dan kodifikasi kaidah bahasa Indonesia;
b.
bahwa pembakuan dan kodifikasi kaidah bahasa Indonesia
yang berupa tata aksara dituangkan dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan;
c.
bahwa Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 0321/I/BS.00.00/2021 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sudah tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia sehingga perlu diganti;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
2.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5035);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra,
serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5554);
4.
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 156);
5.
Peraturan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 18 Tahun 2021 tentang Pembakuan dan Kodifikasi Kaidah Bahasa Indonesia
(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 858);
6.
Peraturan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
963);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
TENTANG EJAAN BAHASA
INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN.
KESATU : Menetapkan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang selanjutnya disingkat EYD sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.
KEDUA
: EYD sebagaimana dimaksud dalam
Diktum
KESATU
merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
KETIGA : EYD sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU
digunakan oleh instansi
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
KEEMPAT : Pada saat Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 0321/I/BS.00.00/2021 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KELIMA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
16 Agustus 2022
KEPALA BADAN,
E. AMINUDIN
AZIZ
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBINAAN BAHASA, KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI NOMOR 0424/I/BS.00.01/2022 TENTANG EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
BAB I PENGGUNAAN HURUF
A. Huruf
Huruf dalam abjad bahasa
Indonesia ada 26 seperti dalam tabel berikut.
B. Huruf Vokal
Vokal
dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.
Huruf Vokal ae*
i o u
Contoh Penggunaan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
api padi lusa
enak petak sore
emas kena tipe
itu simpan murni
oleh kota radio
ulang bumi ibu
*) Untuk membedakan pengucapan, pada huruf e pepet dapat diberikan tanda
diakritik (ê) yang dilafalkan [ə].
Misalnya:
Anak-anak bermain
di teras.
Upacara itu dihadiri pejabat
teras [têras] Bank Indonesia.
Kami
menonton film seri. Pertandingan itu berakhir seri [sêri].
Seret saja barang itu jika berat!
Makanan ini membuat kerongkonganku seret [sêrêt].
C. Huruf Konsonan
Konsonan dalam bahasa Indonesia
dilambangkan menjadi 21 huruf, yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m,
n, p, q, r, s, t, v,
w,
x, y, dan z.
D. Gabungan Huruf Vokal
1.
Monoftong
Monoftong dalam bahasa Indonesia
dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal eu yang dilafalkan [ɘ].
Contoh Penggunaan
Monoftong eu
Posisi Awal
eurih
Posisi Tengah seudati
Posisi Akhir sadeu
2.
Diftong
Diftong dalam bahasa Indonesia
dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei,
dan oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan
kh ng ny sy
Contoh Penggunaan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
khusus akhir tarikh
ngarai bangun senang
nyata banyak -
syarat musyawarah arasy
F. Huruf Kapital
1.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
Apa maksudnya?
Tolong ambilkan buku itu!
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai
dalam 1 jam.
2.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
André-Marie Ampère James
Watt
Mujair Rudolf Diesel
Bapak
Koperasi Jenderal Kancil
3.
Huruf kapital tidak digunakan sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
5 ampere
15 watt ikan mujair mesin diesel
4.
Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori,
hukum, dan rumus.
Misalnya:
teori Darwin hukum Archimedes rumus Phytagoras
5.
Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf
pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti
bin, binti, boru, dan van,
kecuali dituliskan sebagai
awal nama atau huruf pertama kata tugas dari. Misalnya:
Abdul
Rahman bin Zaini Fatimah binti Salim Indani boru Sitanggang Ayam Jantan dari Timur
Charles Adriaan
van Ophuijsen
Salah satu pencetak gol terbanyak adalah
Van Basten.
6.
Huruf kapital digunakan pada awal kalimat
dalam petikan langsung. Misalnya:
Ibu berpesan, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Mereka berhasil meraih medali
emas," katanya. "Besok
pagi," kata Rino,
"mereka akan berangkat."
7.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan
dengan nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan
dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan.
Misalnya:
Buddha Al-Qur'an
Hindu Alkitab
Islam Weda
Kristen Allah
Konghucu Tuhan
Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya.
Ya,
Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang
Engkau beri rahmat. Tuhan
YME (Yang Maha Esa)
Allah Swt. (Subhanahuwataala)
8.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan gelar akademik
yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin
Teuku Umar
La Ode Khairudin
Kiai Haji Hasjim
Asjarie
Doktor
Mohammad Hatta Irwansyah, Magister Humaniora
9.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang
digunakan sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat
datang, Yang Mulia. Semoga
berbahagia, Raden. Terima
kasih, Kiai.
Selamat
pagi, Dokter. Silakan duduk, Prof. Siap, Jenderal.
10.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan
sebagai pengganti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil
Presiden Adam Malik Perdana
Menteri Nehru Profesor Anton M. Moeliono
Laksamana Muda Udara
Husein Sastranegara
Proklamator Republik
Indonesia
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri
Gubernur Papua Barat
11.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama seperti
pada nama bangsa,
suku, bahasa, dan aksara.
Misalnya:
bangsa
Indonesia suku Dani bahasa Tolaki aksara Kaganga
12.
Huruf kapital tidak digunakan pada nama bangsa,
suku, bahasa, dan aksara yang berupa bentuk
dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kesunda-sundaan
13.
Huruf kapital digunakan pada huruf
pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun
Hijriah bulan Agustus hari Jumat hari Lebaran tarikh Masehi bulan Maulid hari Galungan hari Natal
14.
Huruf kapital digunakan pada huruf pertama
unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Konferensi
Asia Afrika Perang
Dunia II
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Hari
Pendidikan Nasional
15.
Huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak digunakan
sebagai nama ditulis
dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
Kami
memperingati proklamasi kemerdekaan setiap
tahun. Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya
perang dunia.
16.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama nama geografi. Misalnya:
Benua Afrika Teluk Persia
Asia Tenggara Terusan Suez
Pulau Miangas Jawa Barat
Jazirah Arab Jakarta
Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Konawe Gunung
Semeru Kota Kupang
Pergunungan Himalaya Kecamatan Rengasdengklok Bukit
Barisan Distrik Samofa
Danau Toba Desa Sentul
Ngarai Sianok Kelurahan Rawamangun
Lembah Baliem Jalan Polonia Sungai Mamberamo Gang Kelinci
Tanjung Harapan Lantai II Gedung
Tabrani
Selat Lombok Ruang Poerwadarminta Gedung Yudistira
17.
Huruf pertama unsur geografi
yang tidak diikuti
nama diri ditulis
dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
berlayar
ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau
18.
Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai
nama jenis ditulis
dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
jeruk bali
(Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea) nangka
belanda (Anona muricata) petai cina (Leucaena glauca)
Catatan:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis
dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai
macam gula, seperti gula jawa, gula pasir,
gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak,
dan kunci ring mempunyai
fungsi yang berbeda.
19.
Huruf kapital digunakan untuk nama geografi
yang menyatakan asal daerah.
Misalnya:
batik
Cirebon bubur Manado film Indonesia kopi Gayo satai
Madura soto Banjar tari Bali
20.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama semua kata (termasuk unsur
bentuk ulang utuh) seperti pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali
kata tugas.
Misalnya:
Bosnia dan Herzegovina
Ikatan
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang
Penggunaan
Bahasa Indonesia Perserikatan Bangsa-Bangsa
21.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
bentuk ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah,
serta nama media
massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca
buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu
dimuat dalam majalah Bahasa
dan Sastra. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Berita berjudul
"Listrik Sahabat Petani" dimuat di paktani.com.
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum
Perdata".
22.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan nama pangkat.
Misalnya:
S.E. sarjana
ekonomi
M.Si. magister
sains
Hj. hajah
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
K.R.T. kanjeng
raden tumenggung
Kol. kolonel
23.
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta kata atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dedi
bertanya, "Itu apa, Bu?"
"Silakan duduk, Dik!" kata Rani.
Surat
Saudara telah kami terima dengan
baik. "Hai, Kutu Buku,
sedang membaca apa?" "Selamat belajar, Anak-Anak."
"Sampai berjumpa kembali,
Teman-Teman."
Catatan:
a. Kata
Anda ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Hanya teman Anda yang mengerti
masalah itu.
b. Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis
dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
"Bu, saya
sudah melaporkan hal ini kepada Bapak." "Besok Paman akan datang bersama kakakmu."
c. Istilah kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan
kepemilikan ditulis dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
Kita
harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak
dan adik saya sudah
berkeluarga.
G. Huruf Miring
1.
Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul
buku, judul film, judul album lagu, judul acara televisi, judul
siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:
Saya sudah
membaca buku Salah Asuhan karangan
Abdoel Moeis. Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan. Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
2018. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi kelima.
Cetakan kedua. Jakarta:
Balai Pustaka.
Acara Bulan Bahasa
dimuat di kabarbahasa.com.
Sinetron Keluarga Cemara
sudah ditayangkan sebanyak
belasan episode. Film Habibie dan
Ainun diangkat dari kisah nyata.
Menteri
Pendidikan meluncurkan album Simfoni
Merdeka Belajar. Siniar Celetuk Bahasa
mengangkat tema kebahasaan.
Lakon Petruk Jadi Raja dipentaskan semalam
suntuk.
2.
Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok
kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir
kata abad adalah d.
Imbuhan ber-
pada kata berjasa
bermakna 'memiliki'. Dalam bab
ini
tidak dibahas
penggunaan tanda baca.
Buatlah kalimat
dengan menggunakan ungkapan
lepas tangan!
3.
Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan
dalam bahasa daerah
dan bahasa asing.
Misalnya:
Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan
baik agar tidak
malapeh awo.
Nama ilmiah
buah manggis adalah Garcinia mangostana. Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan tut wuri handayani
merupakan semboyan pendidikan.
Istilah men sana in corpore sano sering digunakan
dalam bidang olahraga.
Catatan:
a.
Nama diri, seperti nama orang, lembaga,
organisasi, atau merek dagang
dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak
ditulis dengan huruf miring.
b.
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak
miring ditandai dengan garis bawah satu.
H. Huruf Tebal
1.
Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian
tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti
pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam ejaan bahasa
Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.
Catatan:
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak tebal ditandai dengan
garis bawah dua.
2.
Huruf tebal digunakan untuk
menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab.
Misalnya:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini diwarnai
oleh bahasa standar ….
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya
sikap beragam ….
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi perencanaan bahasa ….
1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa ….
BAB II PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis secara mandiri. Misalnya:
kantor pergi ramai sangat
B. Kata Turunan
1. Kata Berimbuhan
a.
Kata yang mendapat imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran,
serta gabungan awalan
dan akhiran) ditulis
serangkai dengan imbuhannya. Misalnya:
berjalan mempermudah menulis
dijual pembaca semula terbatas
gelembung kemilau kinerja
gerejawi kamerawan lukisan seniman sukuisme
kemauan pemungutan perbaikan
b.
Kata yang mendapat bentuk terikat
ditulis serangkai jika mengacu pada konsep
keilmuan tertentu.
Misalnya:
adibusana lokakarya purnawirawan aerodinamika mancanegara saptakrida antargolongan makroekonomi semiprofesional antikekerasan mikrobiologi subbagian awahama multilateral supercepat
bikarbonat narapidana swadaya
biokimia nirgagasan tansuara demoralisasi nonkolaborasi telewicara dekameter paripurna transmigrasi dwiwarna pascakebenaran tritunggal
ekabahasa pascasarjana tunakarya ekstrakurikuler praanggapan ultramodern inkonvensional prajabatan wiraswasta infrastruktur pramusaji ayahanda kosponsor pramuwisata egosentris kontraindikasi proaktif oktahedron
c.
Kata yang diawali dengan huruf kapital dan mendapat
bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung
(-).
Misalnya:
non-Indonesia pan-Afrika pro-Barat
anti-PKI non-ASEAN non-Korpri pasca-Orba
d.
Kata yang ditulis dengan
huruf miring dan mendapat bentuk
terikat dirangkaikan dengan
tanda hubung (-).
Misalnya:
anti-mainstream
pasca-reshuffle pra-Aufklaerung super-jegeg
e.
Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis
terpisah dengan huruf awal kapital
sebagai pengkhususan.
Misalnya:
Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha Kuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan Yang Maha Pengampun
Tuhan Yang Maha Pemberi
Rezeki
2. Bentuk Ulang
a.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak mencari-cari
berjalan-jalan mondar-mandir
biri-biri porak-poranda
buku-buku ramah-tamah
cumi-cumi sayur-mayur
hati-hati serba-serbi
kuda-kuda terus-menerus
kupu-kupu tunggang-langgang
kura-kura cas-cis-cus
lauk-pauk dag-dig-dug
b.
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
kapal barang → kapal-kapal
barang kereta api cepat → kereta-kereta
api cepat rak buku → rak-rak buku
surat kabar → surat-surat kabar
3. Gabungan Kata
a.
Unsur gabungan kata, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:
cendera mata model linear
duta besar orang tua
ibu kota rumah
sakit
kambing hitam segi
empat
mata acara simpang
lima
meja
tulis wali kota
b.
Gabungan kata yang dapat
menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya. Misalnya:
buku-sejarah baru 'buku sejarah
yang baru, bukan
buku bekas'
buku sejarah-baru 'buku tentang
sejarah baru'
ibu-bapak kami 'ibu dan bapak kami'
ibu bapak-kami 'ibu dari bapak kami (nenek)'
c.
Gabungan kata yang mendapat
awalan dan akhiran
sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan menggarisbawahi menyebarluaskan penghancurleburan pertanggungjawaban
d.
Gabungan kata yang hanya mendapat awalan
atau akhiran ditulis
terpisah.
Misalnya:
bertepuk
tangan menganak sungai garis
bawahi
sebar luaskan
e.
Gabungan kata berikut ditulis
serangkai. Misalnya:
acapkali darmabakti padahal
adakala dukacita peribahasa
apalagi hulubalang perilaku bagaimana kacamata puspawarna barangkali karyawisata saputangan beasiswa kasatmata sediakala belasungkawa kosakata segitiga
bilamana manasuka sukacita
bumiputra matahari sukarela
daripada olahraga syahbandar
C. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
sebagai berikut.
a.
Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
bu-ah ma-in ni-at sa-at
b.
Monoftong eu tidak dipenggal. Misalnya:
ci-leun-cang
seu-da-ti seu-lu-mat
c.
Diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
pan-dai sau-da-ra sur-vei am-boi
d.
Jika di tengah kata dasar terdapat
huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
de-ngan ke-nyang la-wan
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
e.
Jika di tengah kata dasar terdapat
dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
ban-tu man-di som-bong
swas-ta
f.
Jika di tengah kata dasar terdapat
tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.
Misalnya:
am-bruk
ben-trok in-fra
ul-tra
in-stru-men
g.
Gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
ba-nyak kong-res
makh-luk masy-hur
2. Pemenggalan kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut.
a.
Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk
dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya: ber-jalan di-ambil ke-kasih
mem-bantu peng-intai per-buat
se-buah ter-bawa letak-kan makan-an ke-kuat-an
me-rasa-kan per-buat-an
di-per-jual-beli-kan
per-tanggung-jawab-kan mem-per-tanggung-jawab-kan
non-aktif swa-foto apa-kah apa-tah pergi-lah
b.
Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pemenggalan pada kata dasar.
Misalnya:
me-ma-kai
me-ngun-ci me-nu-tup me-nya-pu pe-mi-kir
pe-nga-rang pe-no-long pe-nye-but
c.
Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung ge-mu-ruh ge-ri-gi
si-nam-bung te-lun-juk
d.
Pemenggalan kata yang menyebabkan
munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat
mengenai masalah i- tu telah disampaikan oleh pembicara.
Walaupun makanan
itu gratis, mereka tidak ma- u mengambilnya.
Penerapan protokol
kesehatan adalah cara termudah mengakhir- i pandemi ini.
Penulisan yang seharusnya dilakukan
adalah sebagai berikut.
Beberapa pendapat
mengenai masalah
itu telah disampaikan oleh pembicara.
Walaupun makanan
itu gratis, mereka
tidak
mau mengambilnya.
Penerapan protokol
kesehatan adalah cara termudah meng- akhiri
pandemi ini.
3.
Jika kata terdiri atas dua unsur
atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan
di antara unsur-unsur itu.
Misalnya:
biografi bio-grafi
biodata bio-data
fotografi foto-grafi
fotokopi foto-kopi
introspeksi intro-speksi
introjeksi intro-jeksi
kilogram kilo-gram
kilometer kilo-meter
pascapanen pasca-panen
pascasarjana pasca-sarjana
4.
Nama orang yang terdiri
atas dua kata atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara kata tersebut.
Misalnya:
Pencetus nama bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda
adalah Mohammad Tabrani.
Lagu "Indonesia Raya" dikumandangkan pada Kongres Pemuda II oleh Wage Rudolf Supratman.
Layar Terkembang yang terbit pada 1937 dikarang
oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5.
Singkatan tidak dipenggal. Misalnya:
Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKK- BN.
Semua pengguna
kendaraan bermotor wajib membawa ST- NK.
Pujangga terakhir
Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
Penulisan yang seharusnya dilakukan adalah sebagai
berikut. Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di
BKKBN.
Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa
STNK.
Pujangga terakhir Keraton
Surakarta bergelar
R.Ng. Rangga Warsita.
D. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari,
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana
dia sekarang? Mereka ada di mana-mana.
Kain itu disimpan
di dalam lemari.
Dia
ikut terjun ke tengah kancah
perjuangan. Mari, kita berangkat
ke kantor.
Saya
pergi ke luar kota. Ia keluar dari rumah.
Ia
berasal dari Pulau Penyengat. Cincin
itu terbuat dari emas.
E. Partikel
1.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik! Bertepuk
tanganlah mengikuti irama!
Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang
tengah malam pun, kendaraan
masih tersedia.
Jangankan dua kali, sekali
pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
3.
Bentuk pun yang merupakan bagian
kata penghubung seperti
berikut ditulis serangkai.
adapun kendatipun
andaipun maupun
ataupun meskipun
bagaimanapun sekalipun
biarpun sementangpun
jikapun sungguhpun
kalaupun walaupun
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas
tepat pada waktunya. Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum
diketahui. Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai
minggu depan.
Sekalipun teman dekat,
dia belum pernah
sekali pun datang
ke rumahku.
Sementangpun aku ini bukan sanak-saudaramu, tidak sampai hati juga aku melihat
penderitaanmu itu.
4.
Partikel per yang berarti 'demi',
'tiap', 'mulai', atau 'melalui' ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka
masuk ke dalam ruang rapat satu per satu. Harga
kain itu Rp50.000,00 per
meter.
Karyawan
itu mendapat kenaikan gaji per 1
Januari. Dia menghubungiku per telepon.
F. Singkatan
1.
Singkatan nama orang, gelar,
sapaan, atau pangkat
diikuti dengan tanda
titik di setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul
Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
dr. dokter
Dr. doktor
Dr. (H.C.) doktor honoris causa
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
Ph.D. philosophiae doctor
(doctor of philosophy)
Prof. profesor
S.E. sarjana ekonomi
S.I.P sarjana ilmu politik
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.Kom. sarjana komputer
S.Sos. sarjana sosial
Sp.A. spesialis anak
R.M. Syahid Raden Mas Syahid
Sdr. Lukman Saudara Lukman
Kol. Inf. Hendri Kolonel
Infanteri Hendri
A.K.B.P. Purnomo Ajun Komisaris Besar Polisi Purnomo
2.
Singkatan nama orang dalam bentuk inisial
ditulis tanpa tanda titik. Misalnya:
LS Lilis Suryaningsih
SDD Sapardi Djoko Damono
STA Sutan Takdir Alisjahbana
3.
Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa
tanda titik.
Misalnya:
KTP kartu tanda
penduduk
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
UI Universitas Indonesia
WHO World Health
Organization
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
LAN Lembaga Administrasi Negara
MAN madrasah aliah
negeri
NIP nomor induk
pegawai
PASI Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia
PAUD pendidikan anak
usia dini
SIM surat izin mengemudi
4.a. Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen atau surat-menyurat
diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
dkk. dan kawan-kawan
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan
di atas
ttd. tertanda
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
b. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim
digunakan dalam dokumen atau surat-menyurat diikuti
tanda titik pada setiap huruf. Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
s.d. sampai dengan
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
c. Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat
dapat ditulis dengan
dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda
titik.
Misalnya:
Gd. Tabrani Gedung Tabrani
Jl. Rawamangun Jalan Rawamangun Gg. Kelinci Gang Kelinci
Kav. 5 Kaveling 5
Km. 57 Kilometer 57
Lt. 2 Lantai 2
No.
9 Nomor 9
5.
Singkatan satuan ukuran, takaran,
dan timbangan; lambang
kimia; dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
kVA kilovolt-ampere
km kilometer
kg kilogram
l liter
Cu kuprum
Rp rupiah
6.
Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya:
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bulog Badan
Urusan Logistik
Kalteng Kalimantan Tengah
Kowani Kongres
Wanita Indonesia
Mabbim Majelis
Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia Suramadu Surabaya-Madura
Wita Waktu
Indonesia Tengah
7.
Akronim bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf dan suku kata atau gabungan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.
Misalnya:
iptek ilmu
pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
G. Angka dan Bilangan
1.
Angka Arab atau angka Romawi lazim
digunakan sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̅ (5.000), M̅ (1.000.000)
2.
Bilangan dalam teks yang dapat
dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi
pribadi saya lebih dari seribu buku.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju,
15 orang tidak setuju,
dan 5 orang abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50
bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
3.
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti
ukuran panjang, berat, luas,
isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun
6 bulan 5 hari
1 jam 20
menit
Rp5.000,00 US$3,50
£5,10
¥100 5%
7 persen
4.
Bilangan berupa angka pada awal
kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau diubah
susunan kalimatnya.
Misalnya:
Sebanyak 2.500 orang
peserta diundang panitia. Sejumlah 25 naskah kuno tersimpan di
lemari itu. Panitia mengundang 2.500 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
5.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Sebanyak 500 ribu dosis vaksin telah didistribusikan ke beberapa wilayah.
Dia mendapatkan bantuan 90 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan
itu baru saja memperoleh pendapatan 55
miliar rupiah. Proyek nasional
pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan
biaya
7 triliun
rupiah.
6.
Angka digunakan sebagai bagian
dari alamat, seperti
jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan
Kartika I No. 15 Jalan Kartika
I/15
Jalan
Raya Dumai Kav. 14 Jalan Raya
Subrantas Km. 4 Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai
II, Ruang 201
7.
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan
atau bagian kitab suci.
Misalnya:
Bab II, Pasal 3, halaman 13
"Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan!" (Surah
Al-'Alaq [96]: 1)
"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya." (Matius 21: 22)
8.
Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-
undangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan utuh ditulis secara
mandiri. Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh lima (35) lima puluh lima ribu (55.000)
b.
Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut
yang mengikutinya.
Misalnya:
setengah atau seperdua (½)
seperenam belas (⅟16)
tiga perempat (¾)
dua persepuluh (²∕₁₀)
tiga dua-pertiga (3⅔)
satu persen (1%)
satu permil (1‰)
9.
Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi,
gabungan awalan ke- dan angka Arab,
atau huruf.
Misalnya:
abad VII abad
ke-7 abad ketujuh
Perang
Dunia II
Perang Dunia Ke-2 Perang Dunia Kedua
10. Penulisan angka dan akhiran
-an dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
lima lembar
uang 5000-an (lima lembar uang lima ribuan) seharga 5.000-an (seharga lima ribuan)
tahun 2000-an (tahun dua ribuan)
11.
Bilangan seperti yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan
angka dan diikuti oleh huruf. Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah
tiruan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pada hari ini, Rabu,
tanggal 13-10-2021 (tiga belas Oktober dua ribu dua puluh satu)
telah hadir di hadapan saya, Noviansyah, notaris yang berkedudukan di Kota Batam.
Saya lampirkan tanda
terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh
sen).
12.
Bilangan yang digunakan sebagai
unsur nama geografi
ditulis dengan huruf secara
serangkai.
Misalnya: Kelapadua Limapuluhkoto Rajaampat Simpanglima Tigaraksa
H. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
1.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah
itu telah kujual. Majalah
ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan. Rumahnya sedang
diperbaiki.
2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat
ditulis terpisah dengan kata yang lain.
Misalnya:
Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan
apa yang kaukatakan.
Kau masih muda, Bung.
Sebaiknya kau mengurus adikmu saja.
I. Kata Sandang si dan
sang
1.
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Dalam cerita itu si Pitung
berhasil menolong penduduk. Toko itu memberikan hadiah kepada
si pembeli.
Ibu
itu menghadiahi sang suami kemeja
batik. Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
Harimau itu marah sekali kepada
sang Kancil.
2.
Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur
nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun
oleh umat Hindu
untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
BAB III PENGGUNAAN TANDA BACA
A. Tanda Titik
(.)
1. Tanda
titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap yang diikuti perincian berupa kalimat baru,
paragraf baru, atau subjudul baru.
Misalnya:
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar,
ratusan bahasa daerah, dan ditambah beberapa bahasa asing membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang
dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.
1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa
yang ada di Indonesia, yaitu (1)
sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
2. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah
pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut
akan digunakan sebagai
formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar,
terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.
3. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu
daftar, perincian, tabel,
atau bagan.
a. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Daftar
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C.
Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Perincian
I. Patokan Umum
II. Patokan Khusus
c.
Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam
Tabel Tabel 1 Kelas Kata
d. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam
Bagan
![]() |
Bagan 1 Alur Pendaftaran
4. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir pada deret nomor dalam perincian.
Misalnya:
BAB II KERANGKA
TEORI
1.1
Bahasa
1.1.1 Fonologi
1.1.2 Morfologi
1.1.3 Sintaksis
1.2
Sastra
1.2.1 Puisi
1.2.2 Prosa
1.2.3 Drama
BAB II KERANGKA
TEORI
II.A
Bahasa
II.A.1
Fonologi
II.A.2
Morfologi
II.A.3
Sintaksis
II.B
Sastra
II.B.1
Puisi
II.B.2
Prosa
II.B.3
Drama
5. Tanda titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang sudah bertanda
kurung dalam perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional
yang berfungsi sebagai,
antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional,
c) alat pemersatu bangsa, dan
d) sarana perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya;
2) bahasa negara
….
6. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir, baik satu digit
maupun lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik,
atau gambar. Misalnya:
Tabel
1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia Tabel
1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik
4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia Grafik 4.1 Sikap
Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung
Cakrawala Gambar 1.1 Ruang Rapat
7. Tanda
titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul
1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit,
20 detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit,
20 detik)
00.20.30 jam (20 menit,
30 detik)
00.00.30 jam (30 detik)
8. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia
memiliki lebih dari 13.000 pulau. Penduduk
kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
9. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir
pada tahun 1998 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
V), halaman 1553.
Nomor rekening
panitia seminar adalah 0015645678.
Dia diangkat
sebagai PNS dengan
NIP 199701112015041002.
10. Tanda
titik tidak digunakan pada akhir
judul dan subjudul. Misalnya:
Bentuk
dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945) Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap
Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
11. Tanda
titik tidak digunakan di belakang
alamat penerima surat serta tanggal
surat.
Misalnya:
Yth.
Rahmat Hidayat, S.T. Jalan Sumbawa
I/18 Sumurbandung
Bandung
Yth.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun Jakarta
Timur
12 Oktober
2021
Jakarta, 12 Oktober 2021 (tanpa alamat lengkap pada kop surat)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda
koma digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian berupa kata, frasa,
atau bilangan.
Misalnya:
Telepon seluler,
komputer, atau internet
bukan barang mewah
lagi. Buku, majalah,
dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Pelamar harus melengkapi berkas lamarannya dengan
melampirkan
(1)
akta kelahiran,
(2)
ijazah terakhir, dan
(3)
surat keterangan kesehatan. Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma digunakan sebelum
kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
pertentangan. Misalnya:
Saya
ingin membeli kamera, tetapi uang
saya belum cukup. Ini bukan milik
saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita
pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimat.
Misalnya:
Kalau diundang,
saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak
teman.
Agar memiliki
wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
4. Tanda koma tidak digunakan jika induk kalimat
mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena
baik hati.
Kita harus banyak membaca
buku agar memiliki
wawasan yang luas.
5. Tanda
koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan
itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, dia berhasil menjadi
penulis terkenal.
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun
demikian, anak-anaknya berhasil
menjadi sarjana.
6. Tanda
koma digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati,
ya, jalannya licin! Nak,
kapan kuliahmu selesai? Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
7.
Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
"Kita harus
berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah
makhluk sosial."
8.
Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan
langsung yang diakhiri
tanda tanya atau tanda seru dari bagian kalimat yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya. "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
9.
Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Rahmat Hidayat, Jalan Sumbawa I/18, Kelurahan Merdeka,
Kecamatan Sumurbandung, Bandung 40113
Direktur Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jl. Pangeran Diponegoro No. 71, Jakarta 10430
Surabaya,
10 Mei 1960 Sofifi, Maluku
Utara
10. Tanda koma digunakan sesudah
salam pembuka (seperti
dengan hormat atau salam sejahtera), salam penutup (seperti
salam takzim atau hormat kami), dan nama jabatan penanda tangan surat.
Misalnya: Dengan hormat, Salam sejahtera,
Salam
takzim, Hormat kami,
Kepala
Badan, Rektor,
a.n. Kepala Badan Sekretaris Badan,
(tanda tangan)
Hurip Danu Ismadi
NIP 196110051988031002
11. Tanda
koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga, atau nama
marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, M.Hum. Siti Aminah,
S.H., M.H.
Dr.
dr. Rahayu Ningtyas, Sp.A., Subsp.End.(K). Prof. Dr. Muh. Muhlis, S.E., M.A., Ph.D.
Catatan:
a.
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. (Siti Khadijah, Master of Arts) dengan
Siti Khadijah
M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
b. Spasi digunakan untuk memisahkan unsur
nama dan singkatannya serta antargelar
dan singkatannya.
12. Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3
kg Rp500,50 Rp750,00
13. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki
maupun perempuan, harus mengikuti pelatihan paduan suara.
Soekarno, Presiden
I Republik Indonesia, merupakan salah seorang
pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat
yang bertanggung
jawab, sebagaimana dimaksud
pada ayat (3),
wajib menindaklanjuti laporan
dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang penggunaannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan
tinggi itu tanpa tes.
14. Tanda koma dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah
pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa Indonesia, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian
Saudara, kami ucapkan
terima kasih.
Bandingkan dengan
kalimat berikut.
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian
Saudara kami ucapkan
terima kasih.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat
majemuk. Misalnya:
Hari
sudah malam; anak-anak masih membaca buku. Kerbau melenguh;
kambing mengembik; kuda meringkik.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; ibu menulis
makalah; adik membaca
cerita pendek.
2. Tanda titik koma digunakan pada bagian perincian
yang berupa frasa verbal.
Misalnya:
Syarat mengikuti ujian penerimaan pegawai
di lembaga ini adalah
(1)
berkewarganegaraan
Indonesia;
(2)
berijazah sarjana S-1;
(3)
berbadan sehat; dan
(4)
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli
buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; serta pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda rapat
ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran
dasar, anggaran rumah
tangga, dan program
kerja; serta
c. pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
4. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan sumber-sumber kutipan.
Misalnya:
Kasus perencanaan bahasa di Indonesia dianggap sebagai salah satu yang paling berhasil (Fishman, 1974;
Moeliono, 1985; Samuel, 2008; Wardhaugh dan Fuller, 2015).
Tentang plagiarisme, para penulis (Keraf, 1997; Putra, 2011; Wibowo, 2013) sama-sama mengingatkan pentingnya
pengutipan dan perujukan secara cermat untuk menghindari cap
plagiat.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua digunakan
pada akhir suatu pernyataan lengkap yang langsung
diikuti perincian atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Saya akan membeli
alat tulis kantor:
kertas, tinta, spidol,
dan pensil.
2. Tanda titik dua tidak digunakan jika perincian atau penjelasan itu merupakan bagian
dari kalimat lengkap.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari. Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a.
persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data,
dan
d.
pelaporan.
3. Tanda titik
dua digunakan sesudah
kata atau frasa yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya Wakil Ketua: Deni Simanjuntak Sekretaris :
Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
b. Narasumber:
Prof. Dr. Saputra Effendi Pemandu : Abdul Gani, M.Hum. Pencatat : Sri Astuti Amelia,
S.Pd.
4. Tanda titik dua digunakan
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!" Amir: "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa,
letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua digunakan
di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah
dan ayat dalam
kitab suci, serta
(c) judul dan anak judul
suatu karangan.
Misalnya:
Ultimart 5 (2): 98–105
Surah Ibrahim:
2–5
Matius 2: 1–3
Dari Pemburu
ke Terapeutik: Antologi
Cerpen Mastera
6. Tanda titik dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01:35:20
(pukul 1 lewat
35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit,
20 detik)
01:35:20 jam (1 jam, 35 menit,
20 detik)
00:20:30 jam (20 menit,
30 detik)
00:00:30 jam (30 detik)
Catatan:
Lihat penggunaan tanda titik (kaidah
A, butir 7)!
7. Tanda titik dua digunakan untuk menuliskan rasio
dan hal lain yang menyatakan perbandingan dalam bentuk
angka.
Misalnya:
Skala peta ini 1:10.000.
Jumlah peserta
didik laki-laki dan perempuan di kelas itu adalah 2:3.
E.
Tanda Hubung
(-)
1. Tanda
hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara
lama, diterapkan juga ca- ra baru.
Nelayan pesisir
itu berhasil membudidayakan rum- put laut.
Kini ada cara yang
baru untuk meng- ukur panas.
Parut jenis ini
memudahkan kita me- ngukur kelapa.
2. Tanda hubung
digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang.
Misalnya:
anai-anai anak-anak
berulang-ulang kemerah-merahan mengorek-ngorek
3. Tanda hubung
digunakan untuk (a) menyambung tanggal,
bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka, (b) menyambung huruf dalam kata yang dieja satu demi satu, dan (c)
menyatakan skor pertandingan. Misalnya:
11-11-2022
p-a-n-i-t-i-a 2-1
4. Tanda hubung
digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-urus
(merawat; memelihara; mengatur) dua-puluh-lima ribuan
(25 x 1.000)
²³∕₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan (mesin untuk menghitung tangan)
Bandingkan
dengan contoh di bawah ini! be-revolusi
me-ngurus (menjadi kurus)
dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
20 ³∕₂₅ (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
mesin-hitung
tangan (mesin hitung manual yang dioperasikan dengan tangan)
5. Tanda
hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda, yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di antara
huruf dan angka.
Misalnya:
se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 2000-an hari-H
ber-KTP di-SK-kan
ciptaan-Nya D-3
S-1
KTP-mu
6. Tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia)
P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
7. Tanda hubung
digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah, bahasa asing, atau slang.
Misalnya:
di-slepet 'dijepret' (bahasa
Betawi)
ber-pariban 'bersaudara sepupu'
(bahasa Batak)
mem-back up 'menyokong; membantu' (bahasa
Inggris) di-tafṣīl 'dijelaskan' (bahasa
Arab)
di-bokisin 'dibohongi' (slang)
8. Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk terikat
yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Imbuhan
pe- pada pekerja bermakna 'orang yang' atau 'pelaku'. Bentuk terikat pasca- berasal
dari bahasa Sanskerta.
Bentuk terikat -anda (-nda atau
-da) terdapat pada kata seperti
ayahanda, ibunda, dan pamanda.
9. Tanda hubung
digunakan untuk menandai
dua unsur yang merupakan satu
kesatuan.
Misalnya:
suami-istri Soekarno-Hatta
Konferensi Asia-Afrika
F.
Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa
itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat digunakan
untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan dengan bagian
yang dijelaskan.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama jalan
di beberapa kota di Indonesia.
Rangkaian temuan
ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah
Pemuda— harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal
(hari, bulan, tahun), atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:
Tahun 2019—2022
Tanggal
5—10 April 2022 Senin—Jumat Jakarta—Bandung
G.
Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya digunakan di akhir
kalimat tanya. Misalnya:
Kapan
Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapa pencipta
lagu "Indonesia Raya"?
2.
Tanda tanya digunakan di dalam
tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang diragukan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen
Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat
740 (?) bahasa daerah.
H.
Tanda Seru (!)
Tanda seru digunakan untuk
mengakhiri ungkapan yang menggambarkan kekaguman, kesungguhan, emosi yang kuat, seruan,
atau perintah.
Misalnya:
Alangkah
indahnya Taman Laut Bunaken! Saya tidak melakukannya!
Merdeka!
Hai!
Bayarlah pajak tepat waktu!
I.
Tanda Elipsis
(...)
1. Tanda elipsis
digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
disebutkan bahwa bahasa
negara ialah ….
..., lain lubuk
lain ikannya.
2. Tanda
elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
"Menurut
saya, …, seperti …. Bagaimana, Bu?"
"Jadi, simpulannya …. Oh, sudah saatnya kita beristirahat!"
3. Tanda elipsis
digunakan untuk menandai
jeda dalam tuturan
yang dituliskan.
Misalnya:
Maju … jalan!
Kamera … siap!
Satu, dua, … tiga!
4. Tanda elipsis di akhir kalimat diikuti dengan tanda baca akhir kalimat berupa
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Misalnya:
Dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa bahasa
negara ialah ….
"Jadi,
mengapa selama ini dia bekerja sebagai …?" "Pergi dari sini jika kamu …!"
J.
Tanda Petik ("…")
1. Tanda petik
digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
"Kerjakan tugas ini sekarang," perintah atasannya,
"karena besok akan dibahas dalam
rapat!"
Menurut Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan."
2. Tanda
petik digunakan untuk mengapit judul puisi, judul lagu, judul artikel,
judul naskah, judul bab buku, judul pidato/khotbah, atau tema/subtema yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Puisi
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu. Marilah,
kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Makalah "Pembentukan Insan Cerdas
Kompetitif" menarik perhatian
peserta seminar.
Perhatikan "Hubungan
Antarklausa" dalam buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
Ceramah
subuh minggu lalu di Masjid Istiqlal berjudul "Hikmah dan Tujuan Berpuasa
Ramadan".
Kongres
Bahasa Indonesia XI bertema "Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia".
3. Tanda
petik digunakan untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
"Peladen"
komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
K.
Tanda Petik
Tunggal ('…')
1. Tanda petik tunggal digunakan
untuk mengapit petikan yang terdapat
dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi
'kring-kring' tadi?"
"Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
"Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena Asian Games," kata Ketua KONI.
2. Tanda petik tunggal digunakan
untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
tergugat 'yang digugat'
retina 'dinding mata sebelah dalam'
noken 'tas khas Papua'
tadulako 'panglima'
marsiadap ari 'saling membantu'
tuah sakato 'sepakat untuk manfaat bersama'
self quarantine 'karantina mandiri'
lockdown 'karantina wilayah'
marhūn bih 'utang' atau 'pinjaman'
L.
Tanda Kurung
((…))
1. Tanda
kurung digunakan untuk mengapit keterangan tambahan, seperti singkatan atau padanan kata asing.
Misalnya:
Bahasa Indonesia
mempunyai tes standar
yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Banyak pemengaruh (influencer) yang mendapat apresiasi
karena konten yang membangun.
2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan
atau penjelasan yang
bukan bagian utama
kalimat.
Misalnya:
Puisi Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung digunakan untuk mengapit kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia
berangkat ke kantor dengan (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan
itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda
kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka sebagai penanda perincian yang ditulis ke samping atau ke bawah di dalam kalimat.
Misalnya:
Faktor produksi
menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Pelamar harus melengkapi berkas
lamarannya dengan melampirkan
(1) daftar riwayat
hidup,
(2) ijazah terakhir,
dan
(3) surat keterangan kesehatan.
M.
Tanda Kurung
Siku ([…])
1. Tanda kurung siku digunakan
untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan]
kaidah bahasa Indonesia.
Peringatan [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia
dirayakan secara khidmat.
2.
Tanda kurung siku digunakan
untuk mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas
yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua
proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35—38])
perlu dibentangkan di sini.
N.
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring digunakan
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi
dalam 2 tahun takwim. Misalnya:
Nomor:
7/PK/II/2022 Jalan Kramat
III/10
2. Tanda garis
miring digunakan sebagai
pengganti kata dan, atau, serta
setiap. Misalnya:
Semua organisasi
harus memiliki AD/ART.
Dalam susunan
kepanitiaan dia tercatat sebagai ketua/anggota.
Pilih salah satu
moda transportasi darat/laut!
Yang harus
mengambil rapor adalah orang tua/wali
peserta didik masing-masing.
Buku dan/atau
majalah dapat dijadikan sumber
rujukan.
Staf yang
berhalangan hadir diwajibkan
mengganti hari dan/atau bertukar
jadwal dengan staf lain.
Harga kain itu Rp75.000,00/meter.
Kecepatan mobil
ini dapat mencapai 150 km/jam.
'Semua organisasi
harus memiliki anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.'
'Dalam susunan
kepanitiaan dia tercatat sebagai
ketua dan anggota.'
'Pilih salah satu
moda transportasi darat atau laut!'
'Yang harus
mengambil rapor adalah orang tua atau
wali peserta didik masing-masing.'
'Buku dan majalah
atau buku atau majalah dapat
dijadikan sumber rujukan.'
'Staf yang
berhalangan hadir diwajibkan
mengganti hari dan bertukar jadwal
dengan staf lain atau staf yang
berhalangan hadir diwajibkan
mengganti hari atau bertukar jadwal
dengan staf lain.'
'Harga kain itu
Rp75.000,00 setiap meter.'
'Kecepatan mobil
ini dapat mencapai 150 km setiap
jam.'
3. Tanda
garis miring dapat digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia sedang
menyelesaikan /h/utangnya di bank.
Maka adalah seorang/-orang/raja di dalam Bidakara.
Syahdan, /maka/ beberapa dipersembahkan oleh segala wazir /perdana menteri/ yang besar-besar kepada baginda.
Jika demikian, /itu dan/ marilah,
kita mufakat dan musyawarah.
O.
Tanda Apostrof
(’)
Tanda apostrof dapat digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam
konteks tertentu.
Misalnya:
Dia
’kan kusurati. (’kan = akan) Malam ’lah tiba.
(’lah = telah)
Diriku
s’lalu dimanja. (s’lalu = selalu) 5-2-’21 (’21 = 2021)
Catatan:
Penggunaan tanda apostrof ini lazim dalam ragam nonstandar.
BAB IV PENULISAN
UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa, baik dari bahasa
daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali,
maupun dari bahasa asing, seperti
bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan
taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama merupakan unsur bahasa sumber yang
tidak diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti force majeure, de
facto, de jure, dan l’exploitation de l’homme par l’homme.
Unsur-unsur itu digunakan dalam konteks
bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pelafalannya masih mengikuti cara asing.
Kelompok kedua merupakan unsur bahasa
sumber yang penulisan dan pelafalannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diupayakan agar ejaannya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
Unsur
bahasa sumber diserap
ke dalam bahasa Indonesia dengan memprioritaskan bentuk.
Penyerapan bentuk tersebut
meliputi huruf, gabungan
huruf, dan imbuhan. Kaidah yang berkaitan dengan
imbuhan dijelaskan dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).
Kaidah
ejaan yang berlaku
bagi unsur serapan
dijelaskan di bawah ini. Di dalam kaidah
ini ada asal bahasa yang dicantumkan di dalam tanda kurung, misalnya
(Wolio), yang berarti berasal
dari bahasa Wolio.
A. Penulisan Unsur Serapan
Umum
1.
Harakat fatah atau bunyi
/a/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang
menjadi a.
Misalnya:
ْم َرة ( ‘umrah ع
) umrah
yatim ) َي ِت ْي م( yatīm
ḥalāl (حالَل) halal
ridā (ًاضر ) rida
2.
Huruf ‘ain (ﻉ Arab)
pada awal suku kata menjadi a, i, atau u. Misalnya:
‘ajā’ib (ب
عجا ِئ
) ajaib
َعا َدة ( sa‘ādah س
) saadah
ِع ْل م( ‘ilm
ِع َدة ( qā‘idah
ْذ ر(
‘uzr ع
) ilmu
قَا) kaidah
) uzur
ṭā‘ūn (ن
طاع ْو
) taun
3.
Huruf ‘ain (ﻉ Arab)
pada akhir suku kata menjadi k. Misalnya:
iktikad )اِع ِتقَا د( i‘tiqād
ta‘rīf (ف
rukū‘ (ع
takrif )تَ ْع ِر ْي
rukuk
) ُر ُك ْو
simā‘ (ع
َما س
) simak
4.
Huruf hamzah (ﺀ Arab) yang dibaca vokal menjadi a, i, atau u. Misalnya:
amr (ر ْم أَ) amar
ْسأَلَة ( mas’alah
شا َرة ( isyārah
َم ) masalah
ِإ ) isyarat
nā’ib (ب
ufuq (ق
naib
)نَا ِئ
ufuk )أُفُ
uṣūl (ل
ْو ص
أُ) usul
5.
Gabungan huruf aa (Belanda) menjadi a. Misalnya:
baal bal
octaaf oktaf
paal pal
6.
Gabungan huruf ae yang bervariasi dengan e menjadi
e.
Misalnya:
aesthetic, esthetic estetik
haemoglobin, hemoglobin hemoglobin
palaeography, paleography paleografi
7.
Gabungan huruf ae yang tidak bervariasi dengan e
tetap ae. Misalnya:
aerobe aerob
aerosol aerosol
taekwondo (Korea) taekwondo
8.
Gabungan huruf ai tetap ai. Misalnya:
detail detail
retail retail
trailer trailer
9.
Gabungan huruf au tetap au. Misalnya:
aura aura
caustic kaustik
hydraulic hidraulik
10. Gabungan
huruf bl tetap bl. Misalnya:
bleganjur (Bali) bleganjur
bleketepe (Jawa) bleketepe
blok (Belanda) blok
11. Huruf
c (Inggris) yang diikuti a, o, u, atau konsonan menjadi k. Misalnya:
calomel kalomel
catalyst katalis
construction konstruksi
consul konsul
cubic kubik
cursor kursor
cluster kluster
crystal kristal
12. Huruf
c yang diikuti e, i, oe, atau y menjadi s. Misalnya:
cent sen
central sentral
circulation sirkulasi
circus sirkus
abiocoen abiosen
coelom selom
cyber siber
cylinder silinder
13. Gabungan
huruf cc yang diikuti o, u, atau konsonan menjadi k. Misalnya:
accomodation akomodasi
accordeon (Belanda) akordeon
acculturation akulturasi
accumulation akumulasi
acclimatization aklimatisasi
accreditation akreditasi
14. Gabungan
huruf cc yang diikuti e dan i menjadi ks. Misalnya:
accent aksen
accessory aksesori
accidental aksidental
vaccine vaksin
15. Gabungan
huruf cch menjadi k. Misalnya:
ecchymosis ekimosis
saccharin sakarin
zucchini zukini
16. Gabungan huruf
ch yang diikuti a, o, atau konsonan menjadi
k. Misalnya:
charisma karisma
mechanic mekanik
cholera kolera
chorus korus
chromosome kromosom
technique teknik
17. Gabungan huruf
ch yang dilafalkan /s/ atau /sy/ menjadi s. Misalnya:
attaché [ətaʃeɪ] atase
brochure [brəʃʊə] brosur
echelon [ɛʃəlɒn] eselon
18. Gabungan huruf
ch yang dilafalkan /c/ menjadi
c. Misalnya:
charter [tʃɑːtə] carter kimchi (Korea) [kimtʃi] kimci mochi (Jepang) [mɔtʃi] moci
19. Gabungan
huruf ck menjadi k. Misalnya:
check cek
racket raket
ticket tiket
20. Gabungan
huruf cr (Belanda, Inggris, Prancis)
menjadi kr. Misalnya:
creatief (Belanda) kreatif
crematie (Belanda) kremasi
cresol (Inggris) kresol
critic (Inggris) kritik
crêpe (Prancis) krep
croissant (Prancis) kroisan
21. Gabungan
huruf ct pada akhir kata menjadi k. Misalnya:
abstract abstrak
contact kontak
contract kontrak
22. Huruf
ç (Sanskerta) menjadi s. Misalnya:
çabda sabda
çastra sastra
rāçi rasi
23. Huruf dal dan ḍad (د dan ﺽ Arab) menjadi d. Misalnya:
da‘wah ة ْوعَ(
ٌْعَ( qā‘idah دة
ٌْ ) dakwah
ٌْة) kaidah
ḍa‘īf (ف
ḥāḍir (ر ض
َض ِع ْي حا
) daif
) hadir
24. Gabungan
huruf dh menjadi d. Misalnya:
dhandhang
(Jawa) dandang
dharma (Sanskerta) darma
dhingklik (Jawa) dingklik
25. Huruf
e tetap e. Misalnya:
effect efek
regulation regulasi
synthesis sintesis
26. Gabungan
huruf ea yang dilafalkan /i/ menjadi i. Misalnya:
cream [kriːm] krim
gear [ɡɪə] gir
team [tiːm] tim
27. Gabungan
huruf ea yang dilafalkan bukan /i/ tetap ea. Misalnya:
alinea [alɪnea] alinea
pancreas [pankreas] pankreas
theater [teatər] teater
28. Gabungan
huruf ee menjadi e. Misalnya:
apotheek (Belanda) apotek
idee (Belanda) ide
nominee (Inggris) nomine
29. Gabungan
huruf ei tetap ei. Misalnya:
eidetic eidetik
meiosis meiosis
protein protein
30. Gabungan
huruf eo tetap eo. Misalnya:
geometry geometri
stereo stereo
zeolite zeolit
31. Gabungan
huruf eu tetap eu. Misalnya:
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
32. Gabungan
huruf eu (Aceh, Sunda, Rejang) yang
dilafalkan /ɘ/tetap
eu.
Misalnya:
meunasah (Aceh) meunasah
keukeuh (Sunda) keukeuh
sadeu (Rejang) sadeu
33. Huruf fa (ﻑ Arab) menjadi f. Misalnya:
afḍal (ضل
afdal )أَ ْف
‘ārif (ف
faṣīḥ (ح
ْي عا ِر ِص
) arif
فَ) fasih
34. Huruf
f tetap f. Misalnya:
factor faktor
fanatic fanatik
fossil fosil
35. Gabungan
huruf gh menjadi g. Misalnya:
laghu (Sanskerta) lagu
sorghum sorgum
spaghetti spageti
36. Huruf gain (غ Arab) menjadi g. Misalnya:
غ ْي َبة ( gībah
) gibah
magfirah ( َرة ِف ْغ َم ) magfirah
magrib (ب
magrib
) َم ْغ ِر
37. Huruf ḥa dan ha (ﺡ dan ﻩ Arab) menjadi
h. Misalnya:
حا ِك م( ḥākim
) hakim
iṣlāḥ (ح
َال ص
ِإ ) islah
ٌ ْوَ َو( hawā’
ٌْ َم َه( sahm
) hawa
) saham
38. Huruf hamzah (ﺀ Arab) pada tengah kata menjadi k. Misalnya:
makmum
) َمأْ ُم ْو م( ma’mūm
mu’mīn (ن
ta’wīl (ل
mukmin ) ُم ْؤ ِم
takwil )تَأْ ِو ْي
39. Huruf hamzah (ﺀ Arab) pada akhir kata dihilangkan. Misalnya:
imla ) ِإ ْم َال ء( imlā’
munsyi’ (ئ
munsyi ) ُم ْنش
wuḍū’ (ء ْو ُوض ) wudu
40. Harakat kasrah atau bunyi /i/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang
menjadi i.
Misalnya:
i‘tikāf (ف
َكا ع ِت
اِ) iktikaf
kiamat ) ِق َيا َمة ( qiyāmah
naṣīḥah ( حة
ṣaḥīḥ (ح
ْي ِح ْيص َص
َن ) nasihat
) sahih
41. Huruf
i pada awal suku kata dan diikuti a atau o tetap i. Misalnya:
iambus iambus
ion ion
iota iota
42. Gabungan huruf
ie (Belanda) yang dilafalkan /i/ menjadi
i. Misalnya:
favoriet [favorit] favorit
politiek [politik] politik
riem [rim] rim
43. Gabungan
huruf ie (Latin) tetap ie. Misalnya:
caries karies
species spesies
varietas varietas
44. Huruf jim (ﺝ Arab) menjadi j. Misalnya:
ḥijāb (ِحجاب ) hijab
جا َزة ( ijāzah
ُج ْز ء( juz’
ِإ ) ijazah
) juz
45. Huruf kha (ﺥ Arab) menjadi kh. Misalnya:
khuṣūṣ (ص
َو ص
ٌ) khusus
makhlūq (خ
ٌوْ َو
ٌْ ) makhluk
tārīkh (ا
tarikh )ٌْة دْ َِ
46. Gabungan
huruf kl tetap kl. Misalnya:
klem (Belanda) klem
klenik (Jawa) klenik
kliniek (Belanda) klinik
47. Gabungan
huruf kr tetap kr. Misalnya:
krans (Belanda) krans
kri (Aceh) kri
krida (Sanskerta) krida
48. Huruf
n (Jepang, Cina) di depan p menjadi m. Misalnya:
kenpo (Jepang) kempo
lunpia (Cina) lumpia
tenpura (Jepang) tempura
49. Gabungan
huruf ng tetap ng. Misalnya:
contingent kontingen
congress kongres
linguistiek (Belanda) linguistik
50. Gabungan
huruf oe (oi Yunani) menjadi e. Misalnya:
amoeba, amoibe ameba
foetus fetus
oestrogen estrogen
51. Gabungan
huruf oi (Belanda, Inggris, Prancis)
tetap oi. Misalnya:
croissant (Prancis) kroisan
point (Inggris) poin
reservoir (Belanda) reservoir
52. Gabungan
huruf oo (Belanda) menjadi o. Misalnya:
astroloog astrolog
bioscoop bioskop
provoost provos
53. Gabungan
huruf oo yang dilafalkan /u/ menjadi u. Misalnya:
cartoon [kɑːtuːn] kartun
pool [puːl] pul
proof [pruːf] pruf
54. Gabungan
huruf oo (vokal ganda) tetap oo. Misalnya:
kamomoose (Wolio) kamomoose
noosphère noosfer
zoology zoologi
55. Gabungan
huruf ou yang dilafalkan /u/ menjadi u. Misalnya:
contour [kɒntʊə] kontur coupon
[kuːpɒn] kupon souvenir [suːvənɪə] suvenir
56. Gabungan
huruf ou yang dilafalkan bukan /u/ tetap ou. Misalnya:
coulrophobia [koʊlrəfoʊbiə] koulrofobia mondou (Fakfak) [mɔndɔw] mondou voucher [vaʊtʃə] voucer
57. Gabungan
huruf ph menjadi f. Misalnya:
microphone mikrofon
phase fase
spectograph spektograf
58. Gabungan
huruf pl tetap pl. Misalnya:
amplang amplang
implant implan
pleno pleno
59. Gabungan
huruf pr tetap pr. Misalnya:
apron apron
praja praja
product produk
60. Gabungan
huruf ps tetap ps. Misalnya:
pseudonym pseudonim
psychiatry psikiatri
psychosomatic psikosomatik
61. Gabungan
huruf pt tetap pt. Misalnya:
pterodactyl pterodaktil
pteropoda pteropoda
ptyalin ptialin
62. Huruf
q menjadi k. Misalnya:
aquarium akuarium
equator ekuator
frequency frekuensi
63. Huruf qaf (ﻕ Arab) menjadi k. Misalnya:
maqām (م َمقَا ) makam
muṭlaq (ق
طلَ
ُم ) mutlak
qurūn (ر
kurun
)ٌْ ْن ُو
64. Gabungan
huruf rh menjadi r. Misalnya:
rhesus resus
rhinoscope rinoskop
rhombus rombus
65. Huruf śa, sin, dan ṣad (ﺙ, ﺱ, dan ﺹ Arab)
menjadi s. Misalnya:
aṡiri (ﴽﺜﻳﺮي) asiri
wāriṡ (ث
waris ) َوا ِر
asās (س
silsilah ( سلَة
سا
ْل س
أَ) asas
) silsilah
khuṣūṣ (ص
ْو ص
خ) khusus
ṣaḥḥ (صح) sah
66. Huruf syin (ﺵ Arab) menjadi sy. Misalnya:
‘arsy (ش
‘āsyiq (ق
َع ْر
عاش
) arasy
) asyik
ْك ر( syukr ش
) syukur
67. Gabungan
huruf sc yang diikuti a, o, u, atau konsonan menjadi sk.
Misalnya:
scallop skalop
scandium skandium
score skor
scotopia skotopia
scuba skuba
scutella skutela
sclerosis sklerosis
manuscript manuskrip
68. Gabungan huruf sc yang diikuti
e, i, atau y menjadi s. Misalnya:
adolescence adolesens
luminescence luminesens
oscilator osilator
scintillation sintilasi
hyoscyamine hiosiamina
scyphistoma sifistoma
69. Gabungan
huruf sch yang diikuti vokal menjadi sk. Misalnya:
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholastiek skolastik
70. Gabungan
huruf sr tetap sr. Misalnya:
asrār (Arab) asrar
asri (Sanskerta) asri
srisip (Jawa) srisip
71. Huruf
t yang diikuti i dan dilafalkan /s/
menjadi s. Misalnya:
garantie [xarɑn(t)si] garansi patient [patiënt] pasien politie [poli(t)si] polisi
72. Huruf ṭa (ﻁ Arab) menjadi
t. Misalnya:
muṭlaq (ق
syarṭ (ط
ṭabīb (ب
ْطلَ
َش ْر ْي ط ِب
ُم ) mutlak
) syarat
) tabib
73. Gabungan
huruf th menjadi t. Misalnya:
bathok (Jawa) batok
methode (Belanda) metode
thesis tesis
74. Gabungan
huruf tr tetap tr. Misalnya:
putren putren
transfer transfer
matra matra
75. Gabungan
huruf ts (Jepang) tetap ts. Misalnya:
jujitsu jujitsu
mochitsuki mocitsuki
tsunami tsunami
76. Huruf
u tetap u. Misalnya:
bus bus
modus modus
unit unit
77. Harakat damah atau bunyi /u/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang
menjadi u.
Misalnya:
mubāḥ (ح
ufuq (ق
mubah )
ُم َبا
ufuk )أُفُ
mafhum ) َم ْف ُه ْو م( mafhūm
qāmūs (س
kamus )قَا ُم ْو
78. Gabungan
huruf ua tetap ua. Misalnya:
aquarium akuarium
dualisme dualisme
equator ekuator
79. Gabungan
huruf ue tetap ue. Misalnya:
consequent konsekuen
duet duet
frequency frekuensi
80. Gabungan
huruf ui tetap ui. Misalnya:
conduite konduite
equinox ekuinoks
equivalent ekuivalen
81. Gabungan
huruf uo tetap uo. Misalnya:
duodenum duodenum
fluorescence fluoresens
quota kuota
82. Gabungan
huruf uu menjadi u. Misalnya:
lectuur lektur
prematuur prematur
vacuum vakum
83. Huruf
v tetap v. Misalnya:
evacuation evakuasi
vision visi
vitamin vitamin
84. Huruf wau (و Arab) yang tidak terletak pada akhir kata tetap w. Misalnya:
jadwal (ل
ْد َو ج
) jadwal
takwa )تَ ْق ًوى( taqwā
wujūd (د ْو ُوج ) wujud
85. Huruf wau (و Arab) yang terdiri atas dua konsonan
dan didahului u
dihilangkan.
Misalnya:
nubuwwah ( وة نُبُ) nubuat
quwwah ( وة
قُ) kuat
ukhuwwah ( وة
ُخ أُ) ukhuah
86. Huruf x pada
awal suku kata tetap x. Misalnya:
macroxenoglossophobia makroxenoglosofobia
xenon xenon
xylophone xilofon
87. Huruf
x pada tengah kata atau akhir suku
kata menjadi ks. Misalnya:
executive eksekutif
taxi taksi
complex kompleks
latex lateks
88. Gabungan huruf xc yang diikuti
e
atau i menjadi ks. Misalnya:
exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi
89. Gabungan
huruf xc yang diikuti a, o,
u, atau konsonan menjadi ksk.
Misalnya:
excalatie ekskalasi
excavatie ekskavasi
excomunnicatie ekskomunikasi
excoriation ekskoriasi
excubation ekskubasi
excursie ekskursi
exclusief eksklusif
excretie ekskresi
90. Huruf y yang
dilafalkan /y/ tetap y. Misalnya:
yakitori (Jepang) [yakitɔri] yakitori
yoga (Sanskerta) [yoga] yoga
yuan (Cina) [yuán] yuan
91. Huruf y yang
dilafalkan /ai/ atau /i/ menjadi
i. Misalnya:
cyber [sʌɪbə] siber
psychodrama [sʌɪkə(ʊ)drɑːmə] psikodrama
dynamo (Belanda) [dinamo] dinamo
yttrium [ɪtrɪəm] itrium
92. Huruf ya (ﻱ Arab) pada awal suku kata menjadi y. Misalnya:
hidāyah ( َية َدا ِه ) hidayah
yakni ) َي ْع ِني( ya‘nī
yakin ) َي
ِق ْين( yaqīn
93. Huruf ya (ﻱ Arab) yang didahului i dihilangkan. Misalnya:
khiyānah ( َيانَة ِخ ) khianat
qiyās (َياس ِق ) kias
ziarah ) ِز َيا َرة ( ziyārah
94. Huruf
z tetap z. Misalnya:
zenith zenit
zodiac zodiak
zygote zigot
95. Huruf zai, żal,
dan ẓa (ﺯ, ﺫ, dan ﻅ Arab)
menjadi z. Misalnya:
zamān (ن
zaman
) َز َما
zuhd (د ْه ُز ) zuhud
ustaz )أُستَاذُ( ustāż
żāt (ذَات) zat
ḥāfiẓ (ظ
حا ِف
) hafiz
ظا ِل م( ẓālim
) zalim
B. Penulisan Unsur Serapan
Khusus
1.
Deret konsonan pada akhir kata
bahasa Arab disisipi vokal yang sama dengan
vokal sebelumnya (/a/, /i/, atau /u/) di antara deret konsonan tersebut.
Misalnya:
ْق د( ‘aqd ع
fajr (ر ْج
) akad
فَ) fajar
jild (د ْل
ِج
) jilid
milk (ك
milik ) ِم ْل
ْك ر( syukr ش
ْم ر(
‘umr ع
) syukur
) umur
2.
Deret konsonan pada akhir kata bahasa
Arab dapat ditambah
vokal /u/. Misalnya:
farḍ (ض
ṡalj (ج
waqt (ت
fardu )فَ ْر
salju )ثَ ْل
waktu
) َو ْق
3.
Konsonan ganda diserap menjadi
konsonan tunggal. Misalnya:
accu aki
‘allāmah alamah
ballet balet
commission komisi
effect efek
espresso espreso
ferrum ferum
gabbro gabro
kaffah kafah
onnagata onagata
pizza piza
salfeggio salfegio
tafakkur tafakur
tammat tamat
terracotta terakota
ummat umat
Konsonan
rangkap dipertahankan jika menimbulkan ketaksaan atau konotasi negatif.
Misalnya:
mann
manna
(bandingkan dengan mana) mass massa (bandingkan
dengan masa) teller teller (bandingkan dengan
teler)
4.
Unsur serapan yang sudah lazim digunakan dan tidak sesuai dengan kaidah
umum penulisan unsur serapan tidak diubah.
Misalnya:
alamat majemuk sehat
bengkel majenun Selasa
dongkrak makalah Senin
faedah medan setan
heran nalar sirsak
kabar napas soal
Kamis paham syahadat
khotbah perlu telepon
koperasi pikir terjemah
lafal populer trayek
lahir proyek
majedub Rabu
majelis sahabat
KEPALA BADAN,
![]() |
E. AMINUDIN AZIZ
0 Response to "Revisi EYD ke V 2022"
Posting Komentar